Senin, 15 Agustus 2016

ASBAB AN-NUZUL


MAKALAH ASBAB AN-NUZUL

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi

Tugas Kuliah:Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu: Drs. Danusiri, M.Ag





DisusunOleh :

Noura Khasna Syarifa (1404026032)

Maulana Handy d (1404026035)

Moh. Badrudin (1404026036)

Dimas Susanto (1404026044)

Istatik Vina Kamala (1404026037)

Jundatur Rohmah (1404026038)

Istiqomah (1404026039)

Rudi Sharudin Ahmad (140402641)

Shofiyatul Anis (1404026042)

FAKULTAS USHULUDDIN

PRODI TAFSIR HADIS

IAIN WALISONGO SEMARANG 2014

BAB 1

Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Al Qur’an yang sarat akan keindahan bahasanya. Dilihat dari kejelasan maknanya terbagi menjadi dua, yaitu ayat muhkamat (ayat yang jelas maknanya) dan ayat mutasyabihat (ayat yang tidak pasti arti dan maknanya). Sering kali kita menjumpai kesulitan dalam memahami maksud dari suatu ayat Al qur’an. Dan mempelajari ilmu asbabun nuzul adalah salah satu cara untuk mempermudah kita untuk memahami ayat Al qur’an.

 Dimakalah ini, pemakalah mencoba memaparkan beberapa materi terkait dengan asbabun nuzul, dengan harapan dapat membantu memperluas pengetahuan tentang asbabun nuzul, dalam rangka memahami isi kandungan ayat-ayat Al qur’an. Semoga bermanfaat.

B.     Rumusan Masalah

                               I.            Apakah asbabun nuzul itu?

                            II.            Apa saja macam-macamnya?

                         III.            Apa saja yang terkait dengan ilmu asbabun nuzul?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Asbab An-Nuzul

Asbab An-Nuzul secara etimologi berasal dari kata Asbabu jamaknya Asbaba  dan An-Nuzul. Kata Asbabu yang berati sebab-sebab, dan an-nuzul adalah turun. Jadi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara langsung atupun tidak.

Sedangkan secara terminologi terdapat banyak pengertian, diantara sebagai berikut:

1.      Menurut Az-Zarqani

Asbabunnuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi. Serta hubungan dengan turunnya ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.

2.      Ash- Shabuni

Adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabka turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan ang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusa agama.

3.      Nurkholis Madjid

Adalah konsep teori atau berita tentang adanya sebab-sebab turunya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi SAW. Baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat, maupun satu surat.[1]

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpilkan bahwa, Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunya ayat Al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelasaikan masalah-maslah yang timbul dari kejadian tersebut.









B.     Macam-macam Asbab An-Nuzul

1.      Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabu nuzul adalah sebagai berikut:

a.       Sharih (Jelas)

Riwayat yang sudah jelas menunjukan asbab nuzul dengan indikasi menggunakan lafadz atau pendahuluan.

 Seperti ayat-ayat:

سَبَبُ نُزُ وْ لِ هدِ هِ الايَةُ هذَا....

Sebab turunnya ayat ini adalah....

حَدَ ثَ هَذَا ... فَنَزَ لَتِ الا يَةُ

Telah terjadi ..... maka turunlah ayat

سُئِلَ رَ سُوْ لُ اللهِ عَنْ كَذَ ا ... فَنَزَ لَتِ الا يَةُ

Rosulullah pernah kiranya tentang .... maka turunnya ayat.

b.      Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Riwayat belum dipastikan sebagai asbab nuzul karena masih terdapat keraguan.

نَزَ لَتْ هَذِ هِ الا يةُ فِيْ كَذَ....

Ayat ini diturunkan bernaan dengan....

اَحْسِبُ هذِ هِ الا يةَ نَزَ لَتْ فِيْ كَذَ....

Saya kira ayat ini ditirunkan berkenan dengan...

مَا اَحْسِبُ نَزَ لَتْ هذِ هِ الا يةَ اِلاَّ فِي كَذَا.....

Saya kira ayat ini tidak tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan....

2.      Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuksatu ayat atau terbilagnya ayat untuk satu sebab asbabun nuzul :

·         Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat.

·         Satu sebab yang melatar belakangi turunnya beberapa ayat.



C.     Urgensi Asbab An-Nuzul

1.      Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT.

2.      Penegasan bahwa Allah SWT benar-benar memberikan perhatian penuh pada Rasulullah SAW. Dalam menjalankan misi risalahnya.

3.      Penegasan bahwa Allah SWT selalu bersama para hambaNya dengan  menghilankan duka cita mereka.

4.      Sarana memanhami ayat secata tepat.

5.      Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengerian umum.

6.      Mengkhusukan hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an.

7.      Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an.

8.      Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu dihati orang yang mendengarnya.

9.      Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.

10.  Seorang dapat menetukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat itu mesti ditepkan.



D.    Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul

Asbab An-Nuzul yang terjadi pada zama Rasulullah SAW. Oleh karena itu tidak boleh tidak ada jalan lain untuk mengethuinya selain berdasarkan periwayatan (pentranmisian) yang benar (Naql As-Shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat Al-Qur’an.

Al-Wahidi berkata :

لاَ يَحِلُّ ا لْقَوْ لُ فِيْ اَسْبَا بِ نُزُوْلِ الْكِتَا بِ اِلاَ بَا لرِّوَا يَةِ وَالسِّمَاعِ مِمَّنْ شَا هَدُوا التَّنْزِيْلِ وَوَ قَفُوْا عَلَى الآسْبَا بِ وَبَحَثُوْا عَنْ عِلْمِهَا

“Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun Al-Qur’an melainkan dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksiakan ayat itu diturunkan dengan mengethui sebab-sebab serta membahas pengertiannya.”

Sejalan dengan hal tersebut,Al hakim menjelaskan dalam ilmu hadits bahwa apabila seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan Alquran di turunkan, meriwayatkan suatu Ayat Alquran bahwa ayat tersebut turun tentang suatu (kejadian).

Ibnu Al sallah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini.

Berdasarkan keterangan diatas asbabun nuzul yang diriwayatkan dari seorang sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun asbabun nuzul dengan hadits mursal ( hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada pada tabi’in. Riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya shahih dan dikuatkan hadits mursal lainnya).

Biasanya ulama menggunakan lafad-lafad yang tegas dalam penyampaiannya, seperti : “ sebab turun ayat ini begini ”, atau dikatakan dibelakang suatu riwayat “ maka turunlah ayat ini”. Contoh “ beberapa orang dari golongan dari bani Tamim mengolok-olok Bilal maka turunlah ayat ya ayyuhalladzina amanu la yaskhor qouman”. [2]



E.     Kaidah Penetapan Hukum Terkait Dengan Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul sangatlah erat kaitannya dengan kaidah penetapan hukum.

Seringkali terdapat kebingungan dan keraguan dalam mengartikan ayat-ayat Al-Quran karena tidak mengetahui sebab turunnya ayat. Contoh friman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 115 yang artinya sebagai berikut :

                        “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

                        Firman Allah itu turun dengan sebab yaitu beberapa orang mukmin menunaikan shalat bersama Rasulullah SAW pada suatu malam yang gelap gulita. Karena gelap, mereka tidak dapat memastikan arah kiblat. Akhirnya masing-masing menunaikan shalat menurut perasaan masing-masing sekalipun tidak menghadap arah kiblat karena tidak ada cara untuk menghadap kiblat.[3]

                        Seandainya tidak ada penjelas mengenai Asbabun Nuzul tersebut, mungkin masih ada orang yang menunaikan shalat mengahadap ke arah sesuka hatinya dengan alasan firman tersebut.



F.      Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul

Ada yang menduga bahwa tak ada fungsi sama sekali mengetahui Asbabun Nuzul dan ia tak lebih dari sejarah bagi turunnya Al-Quran atau sejajar dengan sejarah. Akan tetapi dugaain itu tidak benar, karena Asbabun Nuzul memiliki beberapa faedah :

1.      Mengetahui kebijaksanan Allah SWT secara lebih rinci mengenai syari’at yang diturunkannya.

2.      Membantu memahami ayat yang bersangkutan dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.

3.      Menolak dugaan berlakunya hashr (pembatasan) dari ungkapan yang secara literal menunjukkan adanya hashr itu.

4.      Mentakhsis hukum dengan Asbabun Nuzul .

5.      Mengatahui bahwa Asbabun Nuzul tidak keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat yang bersangkutan bila ada yang mentakhsiskan.

6.      Mengetahui orang atau pelaku yang secara khusus ayat itu turun berkenaan dengannya, sehingga tidak terjadi kesimpang siuran yang mengakibatkan kesalah pahaman.

7.      Memudahkan hafalan, pemahaman, dan peneguhan wahyu dalam hati setiap yang mendengarnya, bila ia mengetahui sebab turunnya. 



G.    Cara mengetahui sebab nuzul

            Tidak ada jalan lain untuk mengetahui sebab nuzul selain riwayat yang shahih.

Al-Wahidiy, dengan sanadnya sendiri, meriwayatkan dari Ibn Abbas, katanya : Rosulullah saw bersabda :

اِتَّقُوْا الْحَدِيْثَ اِلاَّ مَا عَلِمْتُمْ فَاِ نَّهُ مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَارِ وَمَنْ كَذَّبَ عَلَى الْقُرْآنِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ الْنَّارِ

     Artinya:

Berhati-hatilah (dalam meriwayatkan) hadist, kecuali yang benar-benar kalian ketahui. Sebab barang siapa yang mendustakan atas diriku secara sengaja, maka hendaklah bersiap-siap menempati neraka. Dan barang siapa berdusta atas Al Qur’an tanpa ilmu maka juga hendaklah bersiap-siap menempati neraka.

     Dari dasar inilah tidak boleh mengatakan sesuatu tentang asbabun nuzul kecuali dengan meriwayatkan dan mendengar dari mereka yang menyaksikan turunnya Al-Qur’an, mengetahui sebab-sebabnya dan menelitinya.

     Dengan demikian, bila sebab nuzul diriwayatkan dari seorang sahabat maka bisa diterima, meskipun tidak dikuatkan oleh riwayat lain. Karena pernyataan seorang sahabat mengenai persoalan yang tidak menjadi karangan ijtihad, hukumnya marfu’, karena sangat tidak mungkin seorang sahabat mengatakan hal itu dari dirinya sendiri, sementara hal itu sumbernya brasal dri mendengar dan meriwayatkan atau menyaksikan dan mengalihkan.

     Bila sebab nuzul diriwayatkan melalui hadis mursal, yakni dari sanadnya gugur seorang sahabat dan hanya sampai tabi’in, maka hukumnya tidak bisa diterima kecuali bila berkualitas shahih dan dikukuhkan dengan hadis mursal lain, dan yang meriwayatkannya termasuk imim tafsir yang mengambil riwayat dari sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah dan Sa’id ibn Jubair.[4]



BAB III

KESIMPULAN

1.      Asbab An-Nuzul secara etimologi berasal dari kata Asbabu jamaknya Asbaba  dan An-Nuzul. Kata Asbabu yang berati sebab-sebab, dan an-nuzul adalah turun. Jadi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara langsung atupun tidak.

2.      Dilihat dari sudut pandang redaksi yang digunakan dalam riwayat asbabun nuzul : Sarih (jelas) dan Muhtamilah ( masih kemungkinan atau belum pasti).

3.       Dan Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuksatu ayat atau terbilagnya ayat untuk satu sebab asbabun nuzul :

·         Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat.

·         Satu sebab yang melatar belakangi turunnya beberapa ayat.

                                 

4.      Cara mengetahui sebab nuzul, tidak ada jalan lain untuk mengetahui sebab nuzul selain riwayat yang shahih.



                                                                                           

DAFTAR PUSTAKA

Ma’ruf, Amari dkk, Tafsir 2 untuk kelas XII Madrasah Aliyah Program Keagamaan, Solo: PT Wangsa Jatra Lestari, 2012

Abdul Adzim Al-Zarqani, Syeikh Muhammad, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an,  Semarang: Gaya Media Pratama, 1998









[1] Amari Ma’ruf, dkk, Tafsir 2 untuk kelas XII Madrasah Aliyah Program Keagamaan, Solo: PT Wangsa Jatra Lestari, 2012, hlm.115
[2] Amari Ma’ruf, dkk, hlm.117-118
[3] [3] Amari Ma’ruf, dkk, hlm. 119
[4]Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an,  Semarang: Gaya Media Pratama, 1998, hlm. 121-122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar