Minggu, 14 Agustus 2016

Analisis Tafsir TARJUMAN AL MUSTAFID KARYA ABDURROUF AL-SINKILI


MAKALAH

TARJUMAN AL MUSTAFID KARYA ABDURROUF AL-SINKILI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tafsir Indonesia

Dosen Pengampu : Masrur, M. Ag.



Disusun oleh :

1.      Muchammad Najih                 (134211017)

2.      Safira Urwati                          (1404026025)

3.      Risa Saputri                             (1404026026)

4.      Istiqomah                                (1404026039)





PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

                                                   TAHUN AKADEMIK 2015



I.                   PENDAHULUAN

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada kita Hidayah, Taufiq, dan Inayah-Nya yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tafsir Indonesia yang berjudul “Tafsir Tarjuman Al Mustafid Karya Abdurrouf Al-Sinkili” dengan tepat waktu. Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepangkuan Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.

Salah satu kajian keislaman zaman dahulu  yang ada di nusantara adalah penulisan tasfir al-Qur’an. Penulisan tafsir al-Qur’an itu juga dianggap sebagai warisan Intelektual Islam di nusantara. Sebagai generasi penerus hendaknya kita mengetahui dan mempelajari warisan itu, sehingga hal itu tidak hanya sekedar warisan melainkan dapat menambah khasanah pengetahuan kita.

Kitab Tafsir Tarjuman al-Mustafid karya Abdur Rouf al-Sinkili merupakan kitab tafsir pertama di abad ke 17 yang ditulis secara lengkap 30 jus. Jadi kitab ini sangat penting untuk diketahui bagi generasi muda sebagai pewaris intelektual Islam di Nusantara. Dan berdasarkan pernyataan diatas, pemakalah menulis makalah ini selain untuk tugas mata kuliah Tafsir Indonesia, juga sebagai salah satu bahan rujukan untuk memahami kajian tafsir nusantara. Terutama tentang kitab Tafsir Tarjuman al-Mustafid. Semoga bermanfaat.



II.                RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid?

2.      Bagaimana biografi Abdurrouf Al-Sinkili?

3.      Bagaimana penjelasan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid?

4.      Bagaimana komentar para ulama’ mengenai Tafsir Tarjuman Al Mustafid?



III.             PEMBAHASAN

1.      Deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid ditulis oleh ‘Abd al-Ra’uf  al-Sinkili (1615-1693 M) lengkap 30 juz.[1]

Tarjuman al-Mustafid karya ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili ini menurut banyak pengamat, merupakan terjemah dari Tafsir al-Baydlawi. Ilmuwan yang  berpendapat macam ini adalah Christian Snouck Hurgronje[2]. Namun, Peter Riddle[3] mempunyai pendapat lain. Menurutnya, Tarjuman al-Mustafid ini justru merupakan terjemah Tafsir Jalalayn, meskipun banyak merujuk pula Tafsir al-Baydlawi, Tafsir Khazin dan beberapa tafsir yang lain. Sebab Tafsir al-Baydlawi merupakan karya tafsir yang ekstensif dan rumit, sedangkan Tarjuman al-Mustafid sebagaimana Tafsir Jalalayn, modelnya singkat, jelas dan elementer.[4]

Abdurrouf Al-Sinkili meninggalkan pada tahun 1693 M dan ada juga yang berpendapat beliau meninggal pada tahun 1693 hingga 1695 M. Kemudian beliau dimakamkan di muara Sungai Aceh atau Kuala Krueng Aceh, Banda Aceh, bersebelahan dengan makam Tengku Anjung yang dianggap di Aceh. Oleh itu, masyarakat Aceh menggelar beliau sebagai “Tengku di Kuala” atau “Syiah Kuala”.[5]

2.      Biografi Abdurrouf Al-Sinkili

Nama lengkap Abdurrauf Al-Sinkili adalah ‘Abd ar-Ra’uf bin ‘Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkiliyy, selanjutnya akan disebut Abdurrauf,[6] ia adalah seorang melayu dari daerah Fansur, Sinkil, di wilayah Pantai Barat Laut Aceh.[7] Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi Rinkes setelah mengadakan kalkulasi ke belakang dari saat kembalinya dari Timur Tengah ke Aceh, menyimpulkan bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 1615 M.[8]

Mengenai latar belakang keluarga al-Sinkili, dijelaskan oleh A. Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudra Pasai pada akhir abad ke-13 M. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di pantai Sumatra Barat, dan ayah al-Sinkili adalah kakak laki-laki dari Hamzah Fansuri.[9]

Latar pendidikannya, tampaknya Abdurrauf kecil telah belajar agama ditanah kelahirannya, baik dari ayahnya sendiri maupun dari para ulama setempat lainnya, hingga sekitar tahun 1642, ia mengembara untuk menambah pengetahuan agama ke tanah Arab.[10] Beliau gunakan sebaik-baiknya belajar ke Tanah Arab, sehingga beliau menguasai berbagai bidang ilmu seperti Ulum al-Qur’an, hadith, aqidah, fiqih, dll.[11]

Pengiktirafan terhadap kealiman al-Fansuri dibuktikan dengan pelantikan menjadi mufti Kerajaan Aceh Darussalam dengan gelaran “Qadi Malik al-Adil” pada tahun 1665 M yaitu selepas empat tahun beliau kembali daripada Tanah Arab. Beliau menyandang jabatan ini selama pemerintahan tiga ratu kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Sultanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiyatuddin (1675-1678 M), Sultanah Zakiyyatuddin Inayat Syah (1678-1688 M), dan Sri Ratu Kamalatuddin Syah (1688-1699 M).[12]

Beliau juga memiliki beberapa karya penanya, diantaranya:

a.      Tarjuman al-Mustafid.[13]

b.      Syarh Latif ‘ala Arba’in Hadithan li Imam al-Nawawi.

c.       Sullam al-Mustafidin.

d.      Risalah Mukhtasarah fi Bayan Syurut al-Saykh wa al-Murid.[14]



3.      Penjelasan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

a.      Sejarah Penulisan Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Sejarah penulisan kitab Tarjuman Al-Mustafid adalah untuk memenuhi keperluan umat Islam di negeri ini karena mereka tidak dapat memahami bahasa Arab. Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk tulisan Arab Pegon.[15]

Tentang asal-usul rujukan dan mengapa kitab ini dinamakan Tarjuman al-Mustafid, Ismail Lubis memiliki analisis yang menarik. Menurutnya, karya ini sebenarnya lebih tepat dinamakan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Melayu dengan menggunakan literatur Tafsir Al-Baidawiy dan Tafsir Jalalein. Hal ini dirasakan semakin tepat bila direnungkan makna dari nama yang diberikan oleh penulisnya, yaitu Tarjuman Al-Mustafid.[16]



b.      Bentuk Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Ketika menganalisa penafsiran al-Qur’an yang digunakan Abd al-Rauf Singkel dalam tafsirnya Tarjuman al-Mustafid. Mengenai bentuk penafsiran dapat dinyatakan bahwa tafsir Tarjuman al-Mustafid dapat digilongkan pada tafsir bi al-Ra’yi, ada dua pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan Tarjuman al-Mustafid. Yang pertama sumber penafsiran yang digunakan adalah ijtihad, hal ini terlihat ketika ia menafsirkan sural  al- Tahrim ayat 11 “Abd Rauf mengatakan bahwa orang yang percaya denga nabi Musa as. Akan disiksa dengan dilubangi kedua tangannya dan kakinya dan ditindih dengan batuh yang besar serta dibuang kedalam panas matahari. Maka oaring yang menyiksa tersebut akan dibalas oleh malaikat.”Yang kedua adalah melalui melalui kutipan dari para ulama. Hal ini sangat mudah ditemui dalam Tarjuman al-Mustafid, biasanya ia menggunakan kata “Fadilah, kata mufassir, kisah dan faedah”. Kata-kata tersebut biasanya menggunakan kurung kerawal (   ), terutama pada “kata mufasir, kisah dan faedah”.

Dengan demikian, penafsiran yang disertai dengan merujukan kepada al-Qur’an dan hadis serta di dukung dengan mengkutip pendapat para ulama yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahaannya, maka tafsir Tarjuman al-Mustafid dapat dikelompokkan kedalam tafsir bi al-Ra’yi.

Adapun ulama yang sering dikutip oleh Abd al-Rauf Singkel sebagai sumber penafsiran tafsir Tarjuman al- Mustafid adalah al-Khazim, al-Baidhawi, al-Baghawi dan kitab Manafi al-Qur’an.[17]



c.       Metode (Manhaj) Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Tafsir Tarjuman Al Mustafid  menggunakan metode ringkas (ijmali), karena beliau dalam membuat tafsir bertujuan untuk memudahkan orang yang mempelajari al-Qur’an dan dapat dipahaminya.

Contoh penafsiran dalam QS al-Nas:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ مَلِكِ ٱلنَّاسِ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ

 فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.Sembahan manusia.dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia.

Dalam penafsiran surah al-Nas Abd al-Rauf Singkel sebelumnya mengungkapkan letak turun surah al-Nas di Mekah dan Madinah, menjelaskan jumlah bilangan ayat, fadilah membacanya.[18]



d.      Corak Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Tafsir Tarjuman Al-Mustafid menggunakan corak adabul ijtima’i. Contohnya adalah:

Mengenai pengharaman memakan bagkai, darah, daging babi dan hewan yang disembeli tanpa menyebut nama Allah. Disamping itu ia menyatakan bahwa orang yang memakan barabg tersebut dalam keadaan darurat, maka ia masih dalam keadaan Islam dan tidak ada dosa baginya. Adb al-Rauf Singket menulis pendapatnya tersebut dalam tafsir sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembeli) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya maka ia tidak keluar sari Islam) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Hanya yang telah mengharamkan atas kamu memakan bangkai dan darah dan daging babi dan barang yang disembeli atas yang lain dari pada nama Allah SWT. Maka barang siapa membawa ia darurat kepada memakan sesuatu dari pada segalah tersebut itu, maka dimakannya ia pada halnya tiada keluar atas segalag Islam dan tiada ia memalui had mereka itu.  Maka tiada dosa atas pemakan. Bahwasannya Allah ta’ala yang amat mengampuni bagi segala awliyahnnya lagi mengasihani ia akan segala orang yang berbuat taat.

Uraian diatas merupakan solusi yang ditawarkan Abd al-Rauf Singkel terhadap masyarakat yang ketika itu dalam keadaan terpaksa memakan barang-barang tersebut, maka tidaklah mereka keluar dari Islam dan berdosa, asal jangan melampaui batas (had) yang telah ditentukan.[19]



e.       Sistematik Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid karya Abdurrouf Al-Sinkili menggunakan sistematik mushafi, yaitu  sistem penafsiran menurut urutan surat di dalam Al-Qur’an. Beliau memulainya dengan Surat Al Fatihah dan diakhiri dengan Surat An Nas.

4.      Komentar Para Ulama Mengenai Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid

Ø  Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan tafsir Tarjuman Al-Mustafid adalah sangat mudah dipahami oleh orang karena menggunakan bahasa melayu Arab pegon. Ikhtilaf qari dalam bacaan disajikan dengan mengutip para ulama’ dari ahli qiraat.

Kekurangannya adalah tafsir yang singkat tidak memberi wawasan yang luas tentang kandungan al-Qur’an, terdapat kisah israiliyyat didalam tafsir Tarjuman Al-Mustafid.[20]



IV.             KESIMPULAN

Kitab Tafsir Tarjuman Al Mustafid adalah karya ulama tafsir di Indonesia yang pertama di abad ke 17, tafsir tersebut disusun oleh Abdurrouf Al-Sinkili sekaligus seorang qadhi di tempat kelahirannya Aceh Darussalam.

Beliau membuat tafsir ini ingin mempermudah masyarakat untuk mengetahui sekaligus memahami isi kandungan dalam al-Quran dengan menggunakan bahasa Melayu ditulis  dengan Arab Pegon.



V.                PENUTUP

Alhamdulillah makalah kami dapat selesai dengan tepat waktu, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan baik tulisan, editan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami menunggu kritik dan sarannya yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Baha’ Ahmad  bin Mokhtar, dkk. Ikhtilaf Qiraat Kitab Turjuman Al-Mustafid Oleh Syeikh Abd Rauf Al-Fansuri: Satu Sorotan. International Journal on Quranic Research: Volume 2, Nomor 2, 2012

Fathurahman, Oman. Tanbih Al Masyi Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abad 17. Bandung: Mizan, 1999

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi. Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang, 2013

Masrur, Mohammad. Tafsir Al-Qur’an Pertama di Nusantara: Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdur Rouf al-Sinkili. Jurnal Wahana Akademika: Volume 7, Nomor 1, Pebruari 2005

Yusoff, Zulkifli Mohd, dkk. Tarjuman Al-Mustafid: Satu Analisa Terhadap Karya Terjemah. Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16, 2005

Http://safitrirois.blogspot.com/2014/11/a_13. htm. Diakses pada 6 Mei 2015 jam 12.32



[1] Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang, 2013), hal 42
[2] Christian Snouck Hurgronje adalah seorang orientalis Belanda, ia banyak melakukan perjalanan ilmuan. Ia datang ke Nusantara bersama dengan Kolonial Belanda yang bertujuan ingin menguasai daerah Nusantara, akhirnya tinggal lama di Nusantara dan beristri orang Nusantara juga. Ia seorang Islam Muluk, dia ditugaskan oleh Kolonial Belanda untuk memata-matai di Daerah Aceh Darussalam yang mayoritas beragama Islam dengan Defaid in Defira dan Kolonial Belanda segera untuk menjauhkan penduduk Daerah Aceh Darussalam dari ajaran Islam. Christian Snouck Hurgronje pernah pergi ke Arab Saudi, akhirnya ia pindah agama ke Islam. Nama islamnya adalah Abdul Ghofur.
[3] Peter Riddle adalah seorang kebangsaan Australi, beliau gemar meneliti naskah-naskah kitab atau lain sebagainya di Nusantara, seperti halnya Kitab Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdurrouf Al-Sinkili.
[4] Ibid
[5] Ahmad Baha’ bin Mokhtar dkk, Ikhtilaf Qiraat Kitab Turjuman Al-Mustafid Oleh Syeikh Abd Rauf Al-Fansuri: Satu Sorotan, (International Journal on Quranic Research: Volume 2, Nomor 2, 2012), hal 111-112
[6] Oman Fathurahman, Tanbih Al Masyi Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abad 17, (Bandung: Mizan, 1999), hal 25
[7] Mohammad Masrur, Tafsir Al-Qur’an Pertama di Nusantara: Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdur Rouf al-Sinkili, (Jurnal Wahana Akademika: Volume 7, Nomor 1, Pebruari 2005), hal 34
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Oman Fathurahman, Loc. Cit, hal 26-27
[11] Ahmad Baha’ bin Mokhtar dkk, Ikhtilaf Qiraat Kitab Turjuman Al-Mustafid Oleh Syeikh Abd Rauf Al-Fansuri: Satu Sorotan, (International Journal on Quranic Research: Volume 2, Nomor 2, 2012), hal 111
[12] Ibid
[13] Karya ini adalah tafsir al-Quran yang pertama dalam bahasa Melayu. Pengaruh karya ini sangat luas. Pada suatu ketika, dahulu ia pernah dicetak di beberapa buah negara. Antaranya: Istanbul, Singapura, Pulau Pinang dan Jakarta. Bahkan karya ini pernah dijumpai di Afrika Selatan dalam masyarakat Melayu disana. Lihat Ahmad Baha’ bin Mokhtar dkk, Ibid, hal 112
[14] Ibid
[15] Mohammad Masrur, Tafsir Al-Qur’an Pertama di Nusantara: Tarjuman Al-Mustafid Karya Abdur Rouf al-Sinkili, (Jurnal Wahana Akademika: Volume 7, Nomor 1, Pebruari 2005), hal 36
[16] Ibid
[17] Http: //safitrirois.blogspot.com/2014/11/a_13. Htm. Diakses pada 6 Mei 2015 jam 12.32
[18] Http://safitrirois.blogspot.com/2014/11/a_13. htm. Diakses pada 6 Mei 2015 jam 12.32
[19] Http://safitrirois.blogspot.com/2014/11/a_13. htm. Diakses pada 6 Mei 2015 jam 12.32
[20] Zulkifli Mohd Yusoff dkk, Tarjuman Al-Mustafid: Satu Analisa Terhadap Karya Terjemah, (Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16, 2005), hal 166

Tidak ada komentar:

Posting Komentar