Sabtu, 25 April 2015




Ritual dan Upacara Individual Masyarakat Jawa
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Suhandjati

                        

           


Oleh : 
Istiqomah                       ( 1404026039 )


      
PRODI TAFSIR HADITS
       FAKULTAS USHULUDDIN
UIN  WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2015


 

 

PENDAHULUAN
 
   A.     Latar Belakang

            Masuknya berbagai agama di Pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara kehidupan, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa. Setelah Islam datang, dan banyak masyarakat Jawa yang masuk Islam, maka adat dan tradisi Jawa pun banyak yang terkontaminasi dengan tradisi Islam. Dan disadari atau tidak, tradisi dan kebudayaan Jawa yang beragam tersebut, merupakan kekayaan bangsa yang patut kita lestarikan. Dunia pun telah mengakui kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu. Dan kita sebagai generasi penerus setidaknya harus mengetahui keragaman tradisi dan kebudayaan Jawa yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
            Dimakalah ini, tertulis berbagai macam tradisi dan upacara adat Jawa yang bersifat individual yang pemakalah tulis selain untuk memenuhi tugas mata kuliah “Islam dan Budaya Jawa”, juga untuk memberikan sedikit pemahaman kepada pembaca tentang berbagai tradisi Jawa yang masyarakat Jawa lakukan secara individu. Harapan dari pemakalah, semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk mendalami tradisi Jawa. Semoga bermanfaat.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa maksud dari tradisi dan upacara individual? 
2.      Apa saja tradisi dan upacara individual yang ada di Jawa? 
3.      Bagaimana kesalahpahaman masyarakat dalam menjalankan tradisi dan upacara individual?




PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Tradisi dan Upacara Individual
Tradisi didalam Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) berarti : 1 adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat;  2 penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah  ada merupakan yang paling baik dan benar:
                                    Dan upacara menurut KBII adalah  1 tanda-tanda kebesaran (spt payung kerajaan): dayang-dayang mengiringkan raja, masing-masing membawa --; 2 peralatan (menurut adat-istiadat); rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama: -- perkawinan dilakukan secara sederhana; 3 perbuatan atau perayaan yg dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (spt pelantikan pejabat, pembukaan gedung baru): -- peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia; -- pelantikan bupati; -- peresmian pabrik pupuk yg baru. Sedangkan Individual artinya mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi; bersifat perseorangan: perebutan kejuaraan -- bukan beregu[1].. Jadi dapat disimpulkan bahwa upacara individual adalah sebuah rangkaian upacara yang dilakukan secara pribadi atau tidak beregu.
                                    Maksud dari tradisidan upacara individual disini adalah tradisi/upacara yang biasa dilakukan oleh masyarakat secara sendiri-sendiri, atau suatu hajatan pribadi seperti upacara pernikahan, upacara kematian, tradisi seseorang yang memberi sesaji untuk mendapatkan berkah, dan lain sebagainya. Dan tradisi/upacara ini disebut individual karena dilakukan untuk hajat pribadi, tidak hajatan orang banyak seperti nyadran, upacara resik desa, dan sebagainya.



[1] KBBI Offline 1.4 , http://ebsoft.wed.id
[2] Capt.R.T. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, Jakarta: LkiS, 2006, hlm.132



   B.     Tradisi dan Upacara Individual Masyarakat Jawa
Tradisi dan upacara orang Jawa berbeda-beda antar daerahnya, semua itu bergantung pada rangkaian adat/aturan yang berlaku di daerah tersebut. Dan berikut ini adalah beberapa tradisi dan upacara individual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa :
1.      Sesaji Untuk Mendapat Berkah
              Sesaji ini biasa di sebut dengan Wadima, yaitu sesajen yang diberikan kepada hantu, setan, dan roh yang dikenal agar mereka bertindak baik dan tidak mengganggu manusia.[2] Wadima dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh setan, hantu atau roh, juga untuk menjaga keselamatan manusia, binatang atau tanaman. Sesaji dapat dilakukan didalam rumah maupun diluar rumah seperti tempat-tempat yang membahayakan seperti sumur, kamar mandi, dapur, dan pintu keluar masuk. Caranya denganmembakar kemenyan serta menaruh bunga ditempat khusus yang terbuat dari daun pisang.
              Wadima biasanya dilakukan pada malam Jum’at. Karena malam Jum’at adalah malam yang istimewa bagi orang Jawa. Agar tanaman padi tumbuh subur, sasajen diberikan kepada Dewi Sri (pelindung tanaman padi). Dengan cara membakar ikatan jerami yang didalamnya sudah diberi kemenyan, jika tanaman itu jelek maka akan ditambah dengan sesajian berupa jamu dan obat. Tapi jika padi itu subur, akan diberi sajian telur.
              Pada malam Senin dan malam Kamis orang Jawa memberi sesajen kepada Rijal dan Poto di kandang kerbau dan sapinya masing-masing, agar hantu-hantu pembawa penyakit tidak mengganggu ternak mereka. Ada juga masyarakat yang memberi sesaji kepada Sambangbanger, Pati dan Dhegngen, Baya dan Bayu untuuk mencegah penyakit orang dewasa. Dan sesaji Sawan dan Sarap untuk mencegah penyakit anak kecil.

2.      Selamatan Upacara Pernikahan
         Upacara pernikahan merupakan upacara yang penting bagi orang Jawa. Upacara tersebut melewati serangkaian acara yang ruwet. Pertama-tama agar upacara berjalan lancar, orang Jawa memberi sesaji kepada kekuatan yang tidak tampak yang berada disekitarnya.
         Kemudian melakukan selamatan pada malam hari sebelum pernikahan atau pada hari sebelum upacara pemberian sasrahan (pemberian mahar). Dan doa yang biasa disampaikan bersamaan dengan penyediaan sesajian makanan ini adalah donga rosul. Kemudian dilanjutkan donga selamat. Ada juga yang memberikan sesaji kepada Kamajaya dan Ratih sebagai Dewa dan Dewi cinta.
         Pada malam Widadaren, malam sebelum dilangsungkan pernikahan, orang akan mengadakan sajian khusus, kemudian diadakan sesaji lagi pada malam sesudah pernikahan yang disebut dengan Slametan Penganten atau Majemuk. Doa yang dipanjatkan adalah doa Qunut. Dan doa-doa yang dipanjatkan dalam upacara-upacara Jawa berbeda dengan doa-doa didalam Islam.

3.      Selamatan Menyambut Kelahiran
         Selamatmatan ini dilakukan sekita baru saja mengetahui kehamilan sang ibu, selamatan dinamakan Ngeborebori. Dalam sesajian ini haris menggunakan ebor atau centong untuk menyajikan bubur nasi dan santan yang didalamnya dimasukkan potongan-potongan persegi dari kelapa muda, maka dari itu makanan ini dinamakan jenang ebor-ebor. Doa yang dipanjatkan adalah donga rosul.
         Kemudian dilakukan selamatan lagi pada usia kandungan menginjak bulan ke-tiga (nelani atau wilujengan nigani), bulan ke-tujuh (mitoni, tingkep, atau mandangsemaya, dan pada usia kandungan sembilan bulan (melulu sedulur). Pada setiap selamatan terdapat terbedaan cara menyajikan makanannya.
         Sesudah kelahiran bayi, dilakukan selamatan lagi yang dinamakan brokohan, karena sesaji dibawa menggunakankeranjang dengan dua kuping yang dinamakan brokoh. Kemudian melakukan selamatan-selamatan berikutnya pada saat tali ari-ari bayi putus, bayi  berumur lima hari,kemudian hari ketujuh dari kelahiran dan minggu pertama dari hari kesembilan, selamatan weton/hari kelahiran yang menggunakan pasaran jawa dengan jarak 35 hari.

4.      Selamatan Mengerjakan Sawah
         Selamatan ini bertujuan agar mendapat hasil pertanian yang baik. Selamatan ini tidk ditetapkan, semua bergantung dari keadaan ekonomi yang yang menyadakannya.
         Selametan ini dilakukan sebelum mengelola sawah, upacara ini disebiut labuhan (memulai) dengan memberi sesaji pada tanah garapan serta untuk pekerjanya. Setelah pengolahan selesai, dilakukan lagi upacara selamatan yang dinamakan lebar gawe, doa yang digunakan adalah donga selamat.
         Setelah pengolahan tahan selesai, dilakukan selamatan lagi dalam rangka pengairan, penyebaran bibit padi(nyebar), penanaman bibit(nandur), penolakan hama (tulak ama), hingga proses pemanenan secara berkala.

5.      Selamatan untuk Orang Meninggal
         Ritual selamatan bagi orang meninggal dijawa dikenal sebagai sedekah. Dalam selamatan ini biasanya keluarga memanggil modin atau ulama untuk membacakan doa-doa dari ayat-ayat Al-Qur’an bersama-sama dengan pentakziyah.
         Selamatan dilakukan pada hari pertama sesudah meninggal, kemudian hari ketiga, ketujuh, ke-40, hari ke-100, hari ke-1000 hingga hari-hariberikutnya sesuai dengan kemampuan keluarga almarhum.


   C.     Kesalahpahaman masyarakat dalam menjalankan tradisi dan upacara Kejawen
            Banyak masyarakat Jawa yang menganggap bahwa suatu tradisi atau ritual merupakan sebuah kewajiban, dan apabila melarangnya akan datang malapetaka dan kesialan. Perlu digarisbawahi bahwa tradisi merupakan adat kebiasaan dari nenek moyang dan itu bukan suatu keharusan.
            Meskipun demikian kita tidak boleh melarang adanya pelestarian tradisi (yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama). Karena tradisi tersebut menyimpan nilai-nilai kebaikan secara tersirat. Tradisi juga bagian dari kekayaan budaya bangsa ini yang perlu untuk dilestarikan.
            Di zaman sekarang, kita perlu berhati-hati dengan sekelompok orang yang berniat menghapus tradisi Jawa dan menggantinya dengan hukum-hukum Islam. Yang biasanya kelompok tersebut berdalil menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang mereka salah artikan.






KESIMPULAN

            Tradisi dan upacara individual maksudnya adat kebiasaan seta rangkaian upacara yang dilakukan dari zaman dulu yang masih dilakukan sampai zaman sekarang yang dilakukan sendiri-sendiri atau hajatan pribadi. Tradisi dan upacara adat Jawa sangat banyak dan berbeda disetiap daerah.
            Tidak sedikit orang yang mengerti maksud dari tradisi-tradisi yang mereka lakukan, namun sebenarnya tradisi-tradisi dan ritual tersebut mengandung sejuta faedah. Walau begitu, jangan melakukan semua tradisi atau ritual secara sembarangan, kita harus menyeleksi dulu mana tradisi yang dapat kita amalkan dan mana yang tidak.















DAFTAR PUSTAKA

Jamal Abdul, dkk, Islam &Kebudayaan Jawa, Semarang: Gama Media, 2000
Sutiyono Agus, Kearifan Budaya Jawa pada Ritual Keagamaan, Semarang, 2014
Suyono Capt.R.T., Dunia Mistik Orang Jawa, Jakarta: LkiS, 2006



Tidak ada komentar:

Posting Komentar