Ritual dan Upacara Individual Masyarakat Jawa
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Suhandjati
Oleh :
Istiqomah (
1404026039 )
FAKULTAS
USHULUDDIN
UIN WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masuknya berbagai agama di Pulau
Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara kehidupan, maupun praktik
keagamaan sehari-hari orang Jawa. Setelah Islam datang, dan banyak masyarakat
Jawa yang masuk Islam, maka adat dan tradisi Jawa pun banyak yang
terkontaminasi dengan tradisi Islam. Dan disadari atau tidak, tradisi dan
kebudayaan Jawa yang beragam tersebut, merupakan kekayaan bangsa yang patut
kita lestarikan. Dunia pun telah mengakui kekayaan budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia itu. Dan kita sebagai generasi penerus setidaknya harus
mengetahui keragaman tradisi dan kebudayaan Jawa yang menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia.
Dimakalah
ini, tertulis berbagai macam tradisi dan upacara adat Jawa yang bersifat
individual yang pemakalah tulis selain untuk memenuhi tugas mata kuliah “Islam
dan Budaya Jawa”, juga untuk memberikan sedikit pemahaman kepada pembaca
tentang berbagai tradisi Jawa yang masyarakat Jawa lakukan secara individu.
Harapan dari pemakalah, semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk
mendalami tradisi Jawa. Semoga bermanfaat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa maksud dari tradisi dan upacara individual? 2. Apa saja tradisi dan upacara individual yang ada di Jawa?
3. Bagaimana kesalahpahaman masyarakat dalam menjalankan tradisi dan upacara individual?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tradisi dan Upacara Individual
Tradisi didalam Kamus
Besar Bahasa Indoesia (KBBI) berarti : 1 adat kebiasaan
turun-temurun (dr nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat; 2
penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar:
Dan upacara menurut KBII
adalah 1
tanda-tanda kebesaran (spt payung kerajaan): dayang-dayang mengiringkan raja,
masing-masing membawa --; 2
peralatan (menurut adat-istiadat); rangkaian tindakan atau perbuatan yang
terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama: -- perkawinan dilakukan
secara sederhana; 3 perbuatan
atau perayaan yg dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting
(spt pelantikan pejabat, pembukaan gedung baru): -- peringatan Kemerdekaan Republik
Indonesia; -- pelantikan bupati; -- peresmian pabrik pupuk yg baru. Sedangkan Individual artinya mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi; bersifat
perseorangan: perebutan
kejuaraan -- bukan beregu[1].. Jadi dapat disimpulkan bahwa upacara
individual adalah sebuah rangkaian upacara yang dilakukan secara pribadi atau
tidak beregu.
Maksud dari
tradisidan upacara individual disini adalah tradisi/upacara yang biasa
dilakukan oleh masyarakat secara sendiri-sendiri, atau suatu hajatan pribadi
seperti upacara pernikahan, upacara kematian, tradisi seseorang yang memberi
sesaji untuk mendapatkan berkah, dan lain sebagainya. Dan tradisi/upacara ini
disebut individual karena dilakukan untuk hajat pribadi, tidak hajatan orang
banyak seperti nyadran, upacara resik desa, dan sebagainya.
[1]
KBBI Offline 1.4 , http://ebsoft.wed.id
[2]
Capt.R.T. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, Jakarta: LkiS, 2006, hlm.132
B.
Tradisi dan
Upacara Individual Masyarakat Jawa
Tradisi
dan upacara orang Jawa berbeda-beda antar daerahnya, semua itu bergantung pada
rangkaian adat/aturan yang berlaku di daerah tersebut. Dan berikut ini adalah
beberapa tradisi dan upacara individual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa :
1.
Sesaji Untuk
Mendapat Berkah
Sesaji
ini biasa di sebut dengan Wadima, yaitu sesajen yang diberikan kepada hantu,
setan, dan roh yang dikenal agar mereka bertindak baik dan tidak mengganggu
manusia.[2]
Wadima dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh setan, hantu
atau roh, juga untuk menjaga keselamatan manusia, binatang atau tanaman. Sesaji
dapat dilakukan didalam rumah maupun diluar rumah seperti tempat-tempat yang
membahayakan seperti sumur, kamar mandi, dapur, dan pintu keluar masuk. Caranya
denganmembakar kemenyan serta menaruh bunga ditempat khusus yang terbuat dari
daun pisang.
Wadima
biasanya dilakukan pada malam Jum’at. Karena malam Jum’at adalah malam yang
istimewa bagi orang Jawa. Agar tanaman padi tumbuh subur, sasajen diberikan
kepada Dewi Sri (pelindung tanaman padi). Dengan cara membakar ikatan jerami
yang didalamnya sudah diberi kemenyan, jika tanaman itu jelek maka akan
ditambah dengan sesajian berupa jamu dan obat. Tapi jika padi itu subur, akan
diberi sajian telur.
Pada
malam Senin dan malam Kamis orang Jawa memberi sesajen kepada Rijal dan Poto di
kandang kerbau dan sapinya masing-masing, agar hantu-hantu pembawa penyakit
tidak mengganggu ternak mereka. Ada juga masyarakat yang memberi sesaji kepada
Sambangbanger, Pati dan Dhegngen, Baya dan Bayu untuuk mencegah penyakit orang
dewasa. Dan sesaji Sawan dan Sarap untuk mencegah penyakit anak kecil.
2.
Selamatan
Upacara Pernikahan
Upacara
pernikahan merupakan upacara yang penting bagi orang Jawa. Upacara tersebut
melewati serangkaian acara yang ruwet. Pertama-tama agar upacara berjalan
lancar, orang Jawa memberi sesaji kepada kekuatan yang tidak tampak yang berada
disekitarnya.
Kemudian
melakukan selamatan pada malam hari sebelum pernikahan atau pada hari sebelum
upacara pemberian sasrahan (pemberian mahar). Dan doa yang biasa disampaikan
bersamaan dengan penyediaan sesajian makanan ini adalah donga rosul. Kemudian
dilanjutkan donga selamat. Ada juga yang memberikan sesaji kepada Kamajaya dan
Ratih sebagai Dewa dan Dewi cinta.
Pada
malam Widadaren, malam sebelum dilangsungkan pernikahan, orang akan mengadakan
sajian khusus, kemudian diadakan sesaji lagi pada malam sesudah pernikahan yang
disebut dengan Slametan Penganten atau Majemuk. Doa yang dipanjatkan adalah doa
Qunut. Dan doa-doa yang dipanjatkan dalam upacara-upacara Jawa berbeda dengan
doa-doa didalam Islam.
3.
Selamatan
Menyambut Kelahiran
Selamatmatan
ini dilakukan sekita baru saja mengetahui kehamilan sang ibu, selamatan dinamakan
Ngeborebori. Dalam sesajian ini haris menggunakan ebor atau centong untuk
menyajikan bubur nasi dan santan yang didalamnya dimasukkan potongan-potongan
persegi dari kelapa muda, maka dari itu makanan ini dinamakan jenang ebor-ebor.
Doa yang dipanjatkan adalah donga rosul.
Kemudian
dilakukan selamatan lagi pada usia kandungan menginjak bulan ke-tiga (nelani
atau wilujengan nigani), bulan ke-tujuh (mitoni, tingkep, atau mandangsemaya,
dan pada usia kandungan sembilan bulan (melulu sedulur). Pada setiap selamatan
terdapat terbedaan cara menyajikan makanannya.
Sesudah
kelahiran bayi, dilakukan selamatan lagi yang dinamakan brokohan, karena sesaji
dibawa menggunakankeranjang dengan dua kuping yang dinamakan brokoh. Kemudian
melakukan selamatan-selamatan berikutnya pada saat tali ari-ari bayi putus,
bayi berumur lima hari,kemudian hari
ketujuh dari kelahiran dan minggu pertama dari hari kesembilan, selamatan
weton/hari kelahiran yang menggunakan pasaran jawa dengan jarak 35 hari.
4.
Selamatan Mengerjakan
Sawah
Selamatan
ini bertujuan agar mendapat hasil pertanian yang baik. Selamatan ini tidk
ditetapkan, semua bergantung dari keadaan ekonomi yang yang menyadakannya.
Selametan
ini dilakukan sebelum mengelola sawah, upacara ini disebiut labuhan (memulai)
dengan memberi sesaji pada tanah garapan serta untuk pekerjanya. Setelah
pengolahan selesai, dilakukan lagi upacara selamatan yang dinamakan lebar gawe,
doa yang digunakan adalah donga selamat.
Setelah
pengolahan tahan selesai, dilakukan selamatan lagi dalam rangka pengairan,
penyebaran bibit padi(nyebar), penanaman bibit(nandur), penolakan hama (tulak
ama), hingga proses pemanenan secara berkala.
5.
Selamatan untuk
Orang Meninggal
Ritual
selamatan bagi orang meninggal dijawa dikenal sebagai sedekah. Dalam selamatan
ini biasanya keluarga memanggil modin atau ulama untuk membacakan doa-doa dari
ayat-ayat Al-Qur’an bersama-sama dengan pentakziyah.
Selamatan
dilakukan pada hari pertama sesudah meninggal, kemudian hari ketiga, ketujuh,
ke-40, hari ke-100, hari ke-1000 hingga hari-hariberikutnya sesuai dengan
kemampuan keluarga almarhum.
C. Kesalahpahaman
masyarakat dalam menjalankan tradisi dan upacara Kejawen
Banyak masyarakat Jawa yang menganggap bahwa suatu
tradisi atau ritual merupakan sebuah kewajiban, dan apabila melarangnya akan
datang malapetaka dan kesialan. Perlu digarisbawahi bahwa tradisi merupakan
adat kebiasaan dari nenek moyang dan itu bukan suatu keharusan.
Meskipun demikian kita tidak boleh melarang adanya
pelestarian tradisi (yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama). Karena tradisi
tersebut menyimpan nilai-nilai kebaikan secara tersirat. Tradisi juga bagian
dari kekayaan budaya bangsa ini yang perlu untuk dilestarikan.
Di zaman sekarang, kita perlu berhati-hati dengan
sekelompok orang yang berniat menghapus tradisi Jawa dan menggantinya dengan
hukum-hukum Islam. Yang biasanya kelompok tersebut berdalil menggunakan ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadis yang mereka salah artikan.
KESIMPULAN
Tradisi dan upacara individual maksudnya adat kebiasaan
seta rangkaian upacara yang dilakukan dari zaman dulu yang masih dilakukan
sampai zaman sekarang yang dilakukan sendiri-sendiri atau hajatan pribadi.
Tradisi dan upacara adat Jawa sangat banyak dan berbeda disetiap daerah.
Tidak sedikit orang yang mengerti maksud dari
tradisi-tradisi yang mereka lakukan, namun sebenarnya tradisi-tradisi dan
ritual tersebut mengandung sejuta faedah. Walau begitu, jangan melakukan semua
tradisi atau ritual secara sembarangan, kita harus menyeleksi dulu mana tradisi
yang dapat kita amalkan dan mana yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Jamal Abdul, dkk, Islam
&Kebudayaan Jawa, Semarang: Gama Media, 2000
Sutiyono Agus, Kearifan
Budaya Jawa pada Ritual Keagamaan, Semarang, 2014
Suyono Capt.R.T., Dunia
Mistik Orang Jawa, Jakarta: LkiS, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar